Love For "Mawar"

Ini adalah sebuah cerita cinta seorang teman, bernama Mawar. Mawar adalah seorang wanita biasa yang sangat baik dan pendiam menurut zo pribadi. Dikampus, ia memiliki seorang teman bernama Ririe yang berbeda jurusan dengannya. Bagi sebagian orang, Ririe adalah seorang cewek yang cantik dan menjadi primadona dikampus.


Mereka sebenarnya tidak begitu akrab, tapi karena kebetulan sering melakukan beberapa hal bersama-sama, mereka terlihat seperti tak terpisahkan. Mawar kadang merasa cemburu pada Ririe, karena hingga sekarang ia sekalipun belum pernah berpacaran. Ia selalu memendam perasaan cintanya pada seseorang yang ia sukai. Sangat berbeda dengan Ririe yang selalu mendapatkan apa pun atau cowok manapun yang ia inginkan.

Bagi Mawar, Ririe sangat sadar kalau ia seoarang gadis yang cantik. Sehingga ia tidak pernah betah berpacaran lama-lama dengan satu cowok. Ia tipe orang yang cepat merasa bosan. Baginya, bila ia putus dengan satu cowok, dengan mudah ia pasti bisa mendapatkan cowok lain yang lebih keren, hingga begitu seterusnya. Mawar selalu takjub melihat mantan-mantan pacar Ririe yang hampir semuanya diatas rata-rata.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan Mawar yang kadang merasa kesepian. Terkadang ia merasa cemburu saat melihat beberapa temannya duduk berduaan saja dengan pasangan mereka masing-masing, bercerita dengan penuh suka.

Seperti saat dikampus, beberapa kali saat ia keluar dari kelas dan menuruni tangga, ia sering kali mendapati temannya berduaan saja dengan pacarnya disebuah kursi disamping tangga. Saat melihat itu Mawar hanya bisa tersenyum kepada mereka dan berlalu, tak ada yang tahu apa yang ia rasakan dan apa yang ia fikirkan.

Walaupun begitu, Mawar juga memiliki sifat yang mudah bosan, dalam artian setiap kali ia mengagumi seseorang. Ia akan sangat mengaguminya, hingga akhirnya ia merasa bosan.

Sudah beberapa kali ia berusaha mendekati seorang cowok, tapi tidak pernah berhasil. Bila berada dekat dengan orang yang ia sukai, Mawar selalu kehilangan kata-kata, ia membisu, tak leluasa bergerak, dan masih banyak lagi yang lain. Mungkin inilah yang membuat cowok yang mendekatinya menjadi bosan dan berlalu pergi, karena sikap Mawar yang terkesan dingin terhadap mereka. Hal ini sangat berbeda dengan Ririe yang ketika didekati oleh seorang cowok yang menurutnya keren, dan ketika ia tahu bahwa si cowok menyukainya, maka ia akan memanfaatkan situasi itu sehingga si cowok pun berani menembaknya karena berfikir telah mendapat lampu hijau.

Ketika pulang kuliah pada sore itu, Ririe memberi tahu Mawar bahwa ia melihat seorang kakak senior yang wajahnya ganteng, gayanya keren, ngomongnya cool, dan jantan banget di arah jam 1 mereka, kode yang sering mereka gunakan ketika ada sesuatu yang menarik untuk dilihat. Awalnya Mawar merasa takjub dengan cowok yang Ririe tunjukkan sore itu, tapi setelah melihat cowok itu dengan seksama, Mawar merasa kalau cowok itu tidak sebanding dengannya.

***

Sejak saat itu  Ririe terus saja mencari cara dan melakukan pendekatan dengan cowok yang ternyata bernama Hans. Seperti ketika penerimaan mahasiswa baru. Ririe yang merupakan salah seorang anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dikampus, mendapat tugas dengan anggota yang lain untuk menjadi Panitia Ospek calon mahasiswa baru. Kebetulan Hans adalah Ketua Panita Pelaksana Ospek dikampus tersebut. Wah kebayang dong bagaimana Ririe memanfaatkan keadaan tersebut untuk menjadi lebih deket dengan Hans. Walau akhirnya ia tahu kalau Hans telah memiliki seorang pacar bernama Aisa, tapi ia tidak perduli.

Tak berapa lama, Mawar mendengar kalau Hans dan Aisa telah putus. Dari cerita yang Mawar dengar dari Ririe, Hans putus karena Aisa lebih memilih kembali pada mantan pacarnya. Kesempatan pun semakin terbuka lebar. Ririe terus berusaha mendekati Hans. Namun ditengah perjalanan mencuri hati Hans, seorang lelaki mendekati Ririe, dan Ririe pun berpaling ke laki-laki yang baru ia kenal itu. Ia tidak lagi memiliki niat untuk mendekati Hans.

***

Tanpa disadari, setiap kali melihat Hans, hati Mawar bergetar. Namun ia hanya bisa memandangi Hans dari kejauhan. Kadang Mawar bisa melihatnya dari dekat ketika kebetulan berpapasan dilorong kelas kampus. Mawar begitu terpana mematung saat melihat Hans disore hari itu, melihat Hans yang sedang menyeka keringatnya, mengagumi saat ia melipat tangan kemeja putihn setinggi siku dengan kaos berwarna putih terlihat diantara kerah dan kancing baju dilehernya. Sangat jantan.

Malam itu, Mawar harus pulang lebih lama karena sebelumnya mengerjakan tugas di Perpustakaan. Saat perpustakaan hendak tutup, maka ia pun keluar dan duduk sejenak disebuah kursi yang terletak didepan ruang perpustakaan. Dari jauh ia melihat Hans yang kecapean, menyeka keringat didahi dan melonggarkan bajunya dengan membuka satu kancing kemeja putih paling atas.

Ketika Hans mendekat, ia melihat Hans tersenyum padanya. Sambil berkata bahwa betapa melelahkannya pekerjaan hari itu. Mawar pun merasa tubuhnya lemas, lutut serasa tak lagi bertenaga menopang tubuhnya untuk berdiri. Ia tidak pernah menyangka orang yang begitu ia kagumi, menegurnya. Perlahan, Mawar merasa tubuhnya menjadi ringan dan menjadi semakin sangat ringan. Hingga ia pun serasa terbang diatas awan putih dengan cahaya matahari yang sangat hangat, terjatuh diatas ladang bunga yang begitu luas dengan bunga yang mulai bermekaran berbagai warna dan sangat indah. Hari yang sangat menyenangkan.

***

Suatu siang, anggota BEM kampus mengadakan rapat mengenai perencanaan ospek yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Karena Mawar dekat dengan Ririe yang juga seorang anggota BEM, maka Mawar pun diajak untuk ikut bergabung dalam rapat itu. Mawar tahu Hans akan ikut dalam rapat itu, maka dengan senang hati ia menerima ajakan Ririe. Nah diruang rapat tersebut, untuk pertama kalinya ia melihat Hans secara dekat. Walau hanya selang satu bangku dari tempatnya duduk. Tapi ini adalah jarak terdekat yang pernah ia dapatkan.

Rapat demi rapat mereka gelar. Akhirnya Mawar pun mendapatkan bahan dan kesempatan untuk berbicara dengan Hans. Ia mulai mengirimkan sms yang awalnya menanyakan agenda rapat berikutnya atau apa isi rapat saat ia berhalangan hadir. Namun kadang Hans jarang membalas sms Mawar. Oleh karena itu, Mawar kembali tersadar dari khayalan tingkat tingginya kalau Hans memang bukan dan tidak pantas untuknya. Hans tidak suka padanya.

Ketika rapat selesai disore itu. Mawar terburu-buru hingga ia lupa untuk menanyakan apakah besok hari akan diadakan rapat atau tidak karena tanggal merah. Pada saat tanggal merah, kampus tetap ramai, namun semua orang menggunakan baju bebas dan tidak perlu menggunakan seragam jas lengkap seperti hari biasa.

Mawar tidak memiliki nomor telepon dosen yang akan membimbing rapat. Ia pun ingin mencoba menanyakan hal itu melalui ketua Panitia Ospek, yaitu Hans. Setelah menunggu cukup lama, Hans membalas sms Mawar dan mengatakan bahwa besok pagi mereka akan mengadakan pada pukul 8, dan walaupun besok adalah hari libur, mereka harus tetap tampil formal alias tidak boleh menggunakan baju bebas. Hans juga menyuruh Mawar untuk mengabarkan pada anggota rapat yang lain.

Dengan perasaan bahagia, Mawar pun segera mengabarkan pada Ririe kalau besok ada rapat dan dengan bangga ia mengatakan kalau ia mendengar perintah ini langsung dari Hans.

Hanya karena sms itu, malam itu Mawar tidur dengan perasaan bahagia. Ia merasa sangat bahagia karena kali ini Hans mau membalas pesan yang ia kirim.

***

Keesokan paginya, dengan senyum yang terus mengembang dipipi, ia bersiap-siap kekampus dengan penampilan terbaiknya. Sesampainya disana, orang-orang merasa heran dengan Mawar yang berpenampilan sangat rapi dihari libur seperti ini. Namun Mawar hanya cuek saja, ia tidak perduli dengan beberapa orang yang mulai tersenyum mengejek kepadanya. Ia menganggap tidak ada yang salah pada dirinya, ini kan tuntutan dosen yang membimbing rapat. Jam dinding ruang rapat menunjukkan pukul 8 kurang 10 menit, tapi peserta rapat belum ada yang datang. Mawar mengira kalau ini sudah lumrah, kalau janji jam 8 pasti bakal ngumpul jam 8 lewat.

Mawar mulai menyibukkan diri dengan membaca sebuah buku sambil sesekali melihat kearah jam dinding. Saat itu jam telah menunjukkan pukul 9 pagi, tapi mengapa belum ada yang datang?

Tiba-tiba telepon ruang rapat berdering. Mawar penasaran, dengan cepat ia mengangkat gagang telepon itu. Dari seberang terdengar suara seseorang yang sudah akrab ditelinganya, ya suara Ririe. Sambil tertawa, Ririe mengatakan bahwa Mawar telah berhasil dikerjai oleh Hans dan dirinya. Sebenarnya hari ini sama sekali tidak ada agenda rapat.

Ririe terus tertawa geli. Sangat berbeda dengan keadaan Mawar yang tidak terasa bahwa air mata menetes di pipinya. Ia hanya diam. Karena merasa aneh tidak ada jawaban ataupun makian dari mulut Mawar yang sudah mereka kerjai, Ririe pun bertanya kenapa Mawar hanya diam saja. Dengan nada parau Mawar menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah menyangka kalau Ririe dan Hans akan tega melakukan ini padanya. Apa salah Mawar sehingga mereka melakukan itu?, mereka telah mempermalukan Mawar didepan orang banyak. Mereka berdua telah menginjak-nginjak harga dirinya.

Perlahan Mawar menutup telepon yang dengan samar masih terdengar suara Ririe yang masih terheran-heran dari seberang sana. Mawar berlari kemeja tempat ia meletakkan tas dan bukunya. Ia mengambilnya dan langsung keluar dari ruangan itu dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi.

Ririe terus mencoba menghubungi Mawar melalui handphone nya. Tapi tak satupun dari panggilan itu yang ia angkat.

Dengan cepat sebelum lebih banyak orang melihatnya, Ia masuk keruang perpustakaan dan memilih duduk disudut perpustakaan, diantara rak perpustakaan yang tinggi dengan koleksi buku paling tebal dan paling rapat. Ia membenamkan diri dibalik tangan diantara rak-rak buku perpustakaan itu. Untung karena hari ini adalah hari libur, sehingga tak begitu banyak orang yang datang mengunjungi perpustakaan.

Satu jam kemudian, dari jauh ia melihat Hans berjalan kearahnya dan mulai mendekat. Setelah Hans duduk tepat didepannya, Mawar pura-pura seolah ia tidak menyadari kedatangan Hans diperpustakaan itu.

Hans mencoba meminta maaf. Mawar hanya bisa mengangguk dan meng-iyakan apapun yang dikatakan oleh Hans. Ia masih terlalu sakit hati karena sudah dikerjai seperti itu. Hans terus membujuknya, namun Mawar tetap tidak mau mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia pegang seolah-olah sedang sibuk membaca. Tidak lama, Hans pun menyerah dan pergi.

Mawar merasa mungkin Hans sudah merasa bersalah dengan apa yang telah mereka lakukan padanya. Namun beberpa menit kemudian, beberapa gadis yang Mawar tahu akrab dengan Hans datang mendekatinya. Mereka adalah Dewi dan teman-temannya. Mereka cekikikan melihat Mawar yang mungkin menurut mereka terlihat tolol menggunakan seragam lengkap disaat kuliah sedang libur. Dari jauh, Mawar melihat mereka menghampiri Hans yang duduk di sudut dekat pintu keluar. Masih sambil tertawa, sesekali Dewi melihat kearah Mawar.

Ternyata, Hans bukannya merasa bersalah telah mengerjai Mawar, namun justru meminta teman-temannya untuk melihat Mawar yang mungkin ia anggap lucu untuk dijadikan bahan tertawaan.

Betapa sakit hatinya Mawar.

Sejak saat itu, ia tidak mau lagi mengenal seorang lelaki bernama Hans yang awalnya sangat ia kagumi. Seseorang yang menurutnya sangat baik, tampan dan pangeran impiannya. Ia merasa sangat benci padanya, ia juga merasa sangat benci pada gadis bernama Ririe yang telah tega bersekongkol dengan orang yang sangat ia sukai dikampus itu. Bila saja ia dikerjai oleh teman-temannya, ia masih bisa terima walau mungkin rasanya tetap sakit. Tapi ini lebih sakit, jauh lebih sakit.

Bayangkan saja, ia dikerjai oleh seseorang yang ia kagumi, seseorang yang sangat ia sukai.

Setelah hari itu, saat berpapasan dengan Hans, Mawar hanya menunduk. Ketika rapat, ia selalu berasalan agar tidak hadir. Ia tidak mau lagi melihat Hans dan Ririe yang mungkin masih berbahagia melihat Mawar yang pernah berhasil mereka kerjai. Tidak ada lagi kekaguman akan apapun yang dipakai oleh Hans, tidak ada lagi perasaan terbang menyusuri awan ketika Hans tersenyum padanya. Tak ada lagi hal yang istimewa saat melihat Hans membuka satu kancing bajunya ketika ia kelelahan atau kepanasan. Tidak ada lagi.

Seperti kata pepatah, perasaan Mawar seperti bunga yang layu sebelum berkembang. Ketika bunga itu masih memperlihatkan kuncupnya yang sedikit demi sedikit mulai berkelopak merah muda, tiba-tiba seorang anak datang dan mematahkan batangnya. Tak ada yang tersisa dari bunga itu. Sama sekali.

Setiap kali mereka bertemu disatu tempat, Hans selalu mengutarakan minta maafnya. Merayu Mawar, namun seperti biasa, Mawar tidak pernah memandangnya. Ia tidak memperdulikannya, ia menganggap Hans tidak disana. Hingga akhirnya Hans lelah.

0 comments:

Post a Comment